Tag: public relation

Apa perbedaan antara PR EVENT, MARKETING EVENT dan MARKETING PUBLIC RELATIONS EVENT

Tidak sedikit organisasi yang masih mencampuradukan event antara pekerjaan PR dan Marketing dalam membuat suatu event. Oleh karena itu, perlunya pemahaman mengenai masing-masing bagian tersebut.

PR EVENT

Dalam public relations, membuat sebuah event tujuan nya untuk kebutuhan branding secara langsung, namun lebih mengarah kepada pembentukan reputasi, citra dan kesepa­haman antara publik dan organisasinya dimana ketiganya bisa menjadi hal yang berdampak positif atau negatif. Hal ini dikarenakan organisasi menghadapi pikiran masyarakat (opini publik) yang melahirkan persepsi di benak mereka me­ngenai suatu organisasi itu sendiri. Oleh karena hal ini sangat krusial, maka praktisi PR diwajibkan untuk memiliki gagasan yang baik tentang apa yang diinginkan para pemangku ke­pentingan dari suatu peristiwa.

MARKETING EVENT

Event marketing bertujuan untuk mendapatkan penjualan. Dalam hal ini marketing event lebih bersifat hard selling. Event marketing yang diselenggarakan harus memiliki pengaruh (impact) serta memberikan kesan mendalam kepada setiap orang yang hadir, sehingga customer maupun potential customer bisa cukup lama mengingat pengalaman yang menyenangkan tersebut. Dalam hal ini marketing event memiliki tujuan BISNIS yaitu: Introducing New Product, Selling Product on the event, New Customer Reach, Informing Value, Sustain Relationship with consumer.

MARKETING PUBLIC RELATIONS EVENT (MPR)

MPR ini bertujuan untuk mempromosikan produk na­mun dengan kegiatan yang sifatnya soft selling. Melalui pe­san soft selling tersebut, seseorang mampu menerima pesan dan mengubah kebiasaan mereka.

Kegiatan MPR ini pada prinsipnya adalah “berjualan me­lalui pesan reputasi” Intinya bagaimana dapat berkompetisi ditengah persaingan, mendapatkan citra baik dan mutual understanding Philip Kotler (1993) dalam Ruslan (2010:254) mengungkapkan secara garis besar peranannya, adalah:

• Penggunaan marketing public relations dapat mendu­kung berbagai program perusahaan, antara lain peran­an marketing public relations dalam upaya mencapai tujuan utama perusahaan dalam berkompetisi.

• Menumbuhkembangkan kesadaran konsumennya ter­hadap produk yang diluncurkan.

• Membangun kepercayaan konsumen terhadap citra perusahaan atau manfaat (benefit) atas produk yang di­ tawarkan/digunakan.

• Mendorong antusiasme (sales force) melalui suatu artikel sponsor (advetorial) tentang kegunaan dan manfaat suatu produk.

• Menekan biaya promosi iklan komersial, baik di media elektronik maupun media cetak dan sebagainya demi tercapainya efisiensi biaya.

• Komitmen untuk meningkatkan pelayanan kepada konsumen, termasuk upaya mengatasi keluhan-keluhan (handling complain) dan lain sebagainya demi tercapainya kepuasan pihak pelanggan.

• Membantu mengkampanyekan peluncuran produk-produk baru dan sekaligus merencanakan perubahan posisi produk yang lama.

• Mengomunikasikan terus menerus melalui media public relations (House PR Journal) tentang aktivitas dan program kerja yang berkaitan dengan kepedulian sosial dan lingkungan hidup agar tercapainya publikasi yang positif di mata masyarakat/publik.

• Membina dan mempertahankan citra perusahaan atau produk barang dan jasa, baik dari segi kuantitas maupun kualitas pelayanan yang diberikan kepada konsumennya.

• Berupaya secara proaktif dalam menghadapi suatu kejadian negatif yang mungkin akan muncul di masa mendatang

MENGATASI DEMAM PANGGUNG

Salah satu penyebab presentasi gagal adalah perasaan grogi atau demam panggung. Peneliti komunikasi Michael Beatty (1988) pernah melakukan penelitian tentang kecemasan mahasiswa saat berbicara di depan umum. Dia menemukan lima faktor penting penyebab kegelisahaan atau demam panggung, yaitu:

  1. Hal baru. Situasi yang sifatnya baru dan berbeda membuat kita menjadi gelisah. Jika Anda sudah mengalami beberapa kali berbicara di depan umum, maka kegelisahan semacam itu akan berkurang.
  2. Status rendah. Jika Anda merasa bahwa orang lain merupakan pembicara yang lebih baik, maka kegelisahan Anda akan meningkat. Dengan berpikir lebih positif mengenai diri Anda sendiri dan dengan persiapan yang matang maka kegelisahan akan berkurang.
  3. Kesadaran. Jika Anda merasa menjadi pusat perhatian, seperti yang Anda alami saat berbicara di depan umum, maka kegelisahan akan meningkat. Dengan menganggap berbicara di depan umum itu sebagai layaknya orang mengobrol maka perasaan ini akan membantu mengurangi kegelisahan tersebut. Jika Anda dengan bebas dapat berbicara di kelompok kecil, maka anggap saja bahwa khalayak yang Anda hadapi adalah kelompok kecil yang “diperbesar”.
  4. Perbedaan. Jika Anda merasa bahwa khalayak yang Anda hadapi memiliki sedikit persamaan dengan Anda, maka kegelisahan Anda akan meningkat. Karena itu, tekankanlah persamaan antara Anda dengan khalayak saat Anda merencanakan pembicaraan, termasuk juga ketika Anda berbicara di hadapan mereka. Komunikasi akan lebih mudah dilakukan jika terjadi kondisi homofili (semakin besar kesamaan antara peserta komunikasi). Lawan homofili adalah heterofili.
  5. Pengalaman yang lalu. Jika Anda pernah mempunyai pengalaman demam panggung, maka ada kecenderungan timbul kegelisahan yang meningkat jika harus berbicara di depan umum. Pengalaman yang positif dalam berbicara di depan umum akan dapat mengurangi kegelisahan Anda.
    Dalam upaya menghilangkan rasa cemas dan demam panggung, Anda harus mempunyai konsep diri yang positif. Konsep diri berkaitan dengan bagaimana cara Anda memandang diri Anda dan persepsi Anda tentang bagaimana orang lain memandang diri Anda. Konsep diri adalah segala yang Anda pikirkan dan rasakan tentang diri Anda serta keseluruhan kepercayaan dan sikap yang Anda rasa tentang diri Anda. Sering Anda berprasangka buruk terhadap diri sendiri. Misalnya, jangan-jangan orang lain menganggap saya jelek, pasti si A menganggap saya nggak bisa. Jika hal ini berlarut, Anda bisa jatuh dalam fenomena nubuat yang dipenuhi sendiri.9 Artinya, pandangan orang lain tentang Anda terinternalisasi dalam benak Anda. Misalnya, merasa orang lain menganggap diri Anda bodoh, lama-lama tanpa Anda sadari anggapan tadi terinternalisasi ke dalam benak Anda.
    Konsep diri ini berkaitan dengan upaya melakukan “impression management”. Artinya, agar tujuan komunikasi kita tercapai, maka kita berusaha mengatur (memanage) cara kita berkomunikasi, penampilan diri kita, cara berjalan, dan sebagainya. Pada akhirnya membuat khalayak terkesan. Jika konsep diri kita negatif maka proses manajemen impresi ini sulit dilakukan. (sumber Rakhmat Kriyantono judul BEST PRACTICE HUMAS (PUBLIC RELATIONS) BISNIS DAN PEMERINTAH Manajemen Humas, Teknik Produksi Media Publisitas & Public Relations Writing)

Karya lain tulisan Rakhmat Kriyantono sebagai berikut :

  1. https://prenadamedia.com/product/pengantar-lengkap-ilmu-komunikasi-filsafat-dan-etika-ilmunya-serta-perspektif-islam/
  2. https://prenadamedia.com/product/teknik-praktis-riset-komunikasi-disertai-contoh-praktis-riset-media-pr-advertisingkomunikasi-organisasi-komunikasi-pemasaran/
  3. https://prenadamedia.com/product/teori-public-relations-perspektif-barat-dan-lokal/
  4. https://prenadamedia.com/product/teknik-riset-komunikasi-kuantitatif/

RSS
Follow by Email
WhatsApp