ETIKA DALAM MEMBUAT KONTEN DI SOSMED AGAR PESAN KAMU SAMPAI

Oktober 10, 2021

Etika merupakan seperangkat aturan yang dipahami dan diakui  oleh para pengguna internet. Secara istilah dikenal dengan kata nettiquette yang bermakna sebagai etika atau tata nilai yang diterapkan dalam berkomunikasi di dunia siber (Nasrullah, 2014: 121).

Mengapa etika ini diperlukan?

1. Pengguna internet tidak berasal dari latar belakang dan lingkungan yang sama. Perbedaan ini mestinya menjadi pertimbangan dan juga harus dipatuhi oleh institusi karena pada dasarnya media digital seperti media sosial merupakan ruang publik yang bisa diakses oleh siapa saja. Perbedan jenjang  pendidikan, sebagai misal, bisa menyebabkan adanya kesenjangan dalam membaca setiap publikasi di media sosial.

2. Komunikasi yang terjadi di media digital cenderung mengandalkan pada aspek teks yang terbaca. Kondisi tersebut tentu memerlukan sikap kehati-hatian para pengelola media digital institusi, terutama di media sosial, untuk menghindari kesalahtafsiran atau pemaknaan yang berbeda oleh khalayak. Perbedaan bahasa juga dapat menjadi faktor hambatan yang dalam kasus tertentu merugikan institusi; penggunaan satu kata yang dalam bahasa daerah tertentu makannya baik, bisa jadi pada bahasa daerah lain bermakna berbeda, ungkapan kasar, atau bahkan berkonotasi jorok.

3. Pengunggahan konten di media digital tidak hanya bersifat tertuju kepada akun atau khalayak tertentu. Algoritma media sosial juga membuka peluang khalayak lain untuk bisa mengakses, misalnya di Facebook teman dari teman yang terkait dengan akun medsos intitusi bisa juga melihat publikasi. Selain itu, ada fitur yang memungkinkan khalayak untuk menyebarkan (share) konten kepada jaringannya, sehingga meskipun konten telah dihapus ada kemungkinan konten itu telah ditangkapan layar (screen capture) dan tersebar kepada khalayak lebih luas.

4. Media digital yang dikelola oleh institusi tidak hanya sebagai medium yang hadir di dunia digital atau virtual saja. Konten dan perilaku di media digital memiliki jalinan juga di dunia ofllineatau nyata. Apa yang terjadi di ruang digital bisa saja membawa efek dan dampaknya di kehidupan nyata. Perilaku pengelola di media sosial, sebagai contoh dengan menjelekkan konsumen,dapat mengakibatkan hilangnya calon pelanggan, adanya boikot terhadap produk, dan merosotnya kepercayaan terhadap jenama.

5. Situasi terkini atau momen menjadi pertimbangan penting sebagai  tatanan nilai dalam memproduksi dan mendistribusikan konten di media sosial. Situas sosial-politik, ekonomi, sampai pada situasi pribadi seperti dalam kondisi duka memberikan semacam sinyal kehati-hatian dalam mengelola media sosial. Akun media sosial institusi dengan demikian juga harus  menunjukkan rasa simpati dan empati terhadap berbagai peristiwa yang terjadi. Misalnya, terjadi kecelakaan mobil tunggal yang menewaskan sang sopir, tidak serta-merta akun mediasosial memublikasikan cara berkendaraan yang aman dan juga dipublikasi secara masif, meskipun produk yang dijual adalah alat atau perangkat keselamatan berkendaraan.

6. Perlunya pemahanan terhadap hak dan kewajiban serta berbagai aturan yang ada di media digital. Setiap pengguna oleh karena itu harus memahami etika di internet agar komunikasi digital yang dilakukan tidak melanggar norma maupun nilai-nilai seseorang atau komunitas tertentu.

Artikel ini diambil dari buku penulis.

RSS
Follow by Email
WhatsApp