SEJARAH PEMBINAAN DAN PENGHIMPUNAN HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW.

Agustus 17, 2022

PROSES AWAL LAHIRNYA HADIS

Periode Rasulullah SAW., merupakan periode pertama sejarah pertumbuhan dan perkembangan Hadis. Periode ini terhitung cukup singkat bila dibandingkan dengan masa-masa berikutnya. Masa ini berlangsung selama 23 tahun, mulai tahun 13 sebelum hijrah, bertepatan dengan tahun 610 Masehi sampai dengan tahun 11 hijriah, bertepatan dengan tahun 632 Masehi. Masa ini merupakan kurun waktu turun wahyu (ashr al-wahyi) dan sekaligus sebagai masa pertumbuhan Hadis.1 Keadaan tersebut sangat menuntut keseriusan dan kehatihatian para sahabat, sebagai pewaris pertama ajaran Islam dalam menerima kedua sumber ajaran di atas, karena pada tangan mereka kedua-duanya harus terpelihara dan disampaikan kepada pewaris berikutnya secara berkesinambungan.

Wahyu yang diturunkan Allah SWT., kepada Rasul dijelaskan melalui perkataan (aqwal), perbuatan (af’al), dan ketetapannya (taqrir) di hadapan para sahabat. Apa yang didengar, dilihat dan disaksikan oleh mereka, merupakan pedoman bagi amaliah dan ‘ubudiah mereka sehari-hari.2 Berangkat dari pandangan ‘Ajjaj al-Khathib 3 bahwa munculnya Hadis itu mengalami proses yang memiliki keterkaitan dengan beberapa hal:

  1. Peristiwa tersebut terjdi di hadapan Nabi, yang kemudian nabi menjelaskan hukumnya dan menyebarluaskan kepada kaum Muslimin. Contoh peristiwanya adalah Ketika nabi melihat seorang laki-laki yang sedang berwudhu yang tidak membasuh punggung kakinya, lalu beliau menegur orang tersebut seraya mengatakan; “Kembalilah dan perbaikilah wudhumu”.
  2. Peristiwa yang terjadi di kalangan umat Islam, yang kemudian ditanyakan kepada Rasulullah SAW., baik kejadian yang menimpa pada diri orang itu secara langsung maupun peristiwa yang terjadi pada orang lain. Contoh; pada kasus yang dialami Ali ibn Abi Thalib, yang sering mengeluarkan cairan madzi, tetapi ia malu untuk menyatakan perihal tersebut kepada Rasulullah SAW., sehingga Ali kemudian memerintahkan Miqdad Ibn Aswad untuk menanyakanya kepada Rasulullah SAW., lalu beliau bersabda; basuhlah dzakarmu dan berwudhu’lah”
  3. Kejadian-kejadian yang disaksikan sahabat, mengenai apa yang diperbuat oleh Baginda Rasulullah SAW., kemudian sahabat tersebut menanyakannya dan selanjutnya Nabi menjelaskannya

Dalam konteks ini dapat dijadikan contoh mengenai seorang laki-laki yang datang kepada Rasulullah SAW., dan menanyakan kepada beliau tentang Iman, Islam dan Ihsan, lalu Rasulullah SAW., menjawabnya, bahwa yang bertanya lebih tahu daripada yang ditanya. setelah laki-laki itu pergi, kemudian Nabi bertanya kepada Umar: “hai Umar, apakah engkau mengerti siapa yang bertanya kepadaku tadi, kemudian Umar berkata; “hanya Allah dan Rasulullah yang tahu”. Lalu Nabi memberitahukan bahwa seseorang yang tadi datang kepada beliau tersebut adalah Malaikat Jibril yang telah mengajari agama. Dari sebab-sebab munculnya Hadis di atas, tergambar bahwa konteks munculnya sebuah Hadis Rasulullah itu dapat terlihat dari tiga sisi, yaitu;

  1. Hadis muncul dalam kepentingan menafsirkan ayat Al- Qur’an yang masih bersifat umum.
  2. Hadis muncul dalam konteks memperkuat dan menetapkan hukum-hukum yang telah ada di dalam Al-Qur’an.
  3. Kemunculan Hadis dikarenakan adanya suatu persoalan atau peristiwa yang terjadi, yang mengharuskan untuk dijawab sementara belum ditemukan jawabannya dalam nash Al-Qur’an.

METODE PENGAJARAN HADIS

Dalam kitab al-Hadits wa al-muhadditsun 4 dijelaskan tentang metode yang digunakan Rasulullah SAW., dalam menyampaikan Hadis kepada para sahabat. Di antaranya adalah:

  1. Para sahabat melakukan dialog secara langsung dengan Rasulullah SAW.
  2. Para sahabat menyaksikan perbuatan dan ketetapan beliau.
  3. Para sahabat mendengarkan perkataan sesama sahabat yang diperoleh dari Nabi.
  4. Para sahabat menyaksikan perbuatan sesama sahabat yang diperoleh dari Rasulullah SAW.

Sementara itu, menurut Muhammad Mustafa ‘Azmi 5 bahwa para sahabat menerima Hadis dari Rasulullah melalui tiga macam cara, di antaranya:

a. Melalui metode hafalan, Secara historis masyarakat Arab secara umum adalah masyarakat yang kuat daya hafalannya sehingga terlepas apakah mereka pandai mengenal baca tulis atau tidak, akan membantu dalam menerima dan memahami Hadis dari Rasulullah SAW., di sisi lain beliau juga sering mengulang- ulang apa yang telah diucapkannya.

b. Metode tulisan Di antara para sahabat Nabi yang setelah menerima Hadis dari beliau, mereka langsung menuliskannya. Metode tulisan hanya bisa dilakukan oleh orang-orang tertentu yang memiliki kemahiran dalam menulis saja. keadaan ini berakibat juga bisa terjadinya subjektivitas perawi khususnya setelah Rasulullah SAW., meninggal.

c. Metode praktik Yaitu para sahabat mempraktikkan secara langsung Hadis-hadis yang diterima dari nabi dalam kehidupan sehari- hari, dan jika terjadi perbedaan, maka mereka dapat langsung mengkonfirmasinya kepada Rasulullah SAW., kelemahan dari cara ketiga ini di antaranya adalah bila Hadis yang mereka terima dari sahabat yang tidak melihat langsung dari Nabi, maka tidak mustahil terjadi perbedaan.

PEMELIHARAAN HADIS PADA MASA SAHABAT

Pada masa Rasulullah, ada upaya-upaya pemeliharaan terhadap Hadis. hal ini bisa dipahami karena posisi Hadis sebagai sumber tasyri’ demikian sentral. Adapun cara pemeliharaanya Hadis pada masa Rasulullah SAW., ini menurut Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib 6 ada sembilan, yakni:

  1. Dari kegiatan Nabi (ceramah, khutbah dan lain-lain)
  2. Karaktristik Islam yang menyeru kepada perbuatan baik dan posisi Nabi sebagai tempat bertanya.
  3. kegiatan para sahabat untuk menuntut ilmu dan menyampaikannya.
  4. Umm al-mu’minin yang sering memberikan penjelasan tentang hal-hal terkait dengan kehidupan pribadi dan rumah tangganya bersama Rasulullah.
  5. Sejumlah sahabat perempuan yang menerima riwayat Hadis dan penjelasan dari umm al-mu’minin dalam menyebarluaskan Hadis tersebut.
  6. Madinah sebagai negara Islam menjadikan banyaknya kabilah- kabilah yang berkunjung dan menanyakan berbagai hal kepada Nabi.
  7. Proses pembaiatan orang-orang kafir yang masuk Islam akibat terjadinya peristiwa Fath Mekkah.
  8. Perintah Nabi kepada orang-orang yang menyaksikan Nabi (Hadis) agar disampaikan dan didakwahkan kepada yang lain.
  9. Ajakan Rasulullah SAW., secara santun dan persuasif kepada raja-raja yang wilayah kekuasaannya telah ditaklukkan agar memeluk Islam.

Adapun di kalangan sahabat pemeliharaan Hadis, menurut Nuruddin ‘Itr 7 didukung oleh lima faktor, yakni:

  1. Kuatnya daya ingat dan hafalan sahabat.
  2. Minat yang demikian kuat dalam mempelajari ajaran Islam.
  3. Kedudukan Hadis yang signifikan di dalam Islam sebagai bayan terhadap Al-Qur’an.
  4. Penyampaian Hadis oleh Nabi yang menjadikan para sahabat merasa mudah untuk menghafalnya.
  5. Penulisan-penulisan Hadis oleh sahabat yang dapat dijadikan pedoman apabila mereka lupa.

1 Sohari Sahrani, Ulumul Hadis … h. 49

2 Sohari Sahrani, Ulumul Hadis… h. 49., lihat juga di Munzier Suparta, Ilmu Hadis, (Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2002), h. 71

3 Muhammad ‘Ajjaj al-Khatib, al-sunnah Qabl al-Tadwin, (Beirut: Dar al-Fikr, 1981), h. 60-67,

lihat juga di Umi Sumbulah, Kajian Kritis Ilmu Hadis, (Malang: UIN-Maliki Press, 2010). h. 37-38.

4 Muhammad Abu Zahw, Al-Hadits wa al-Muhadditsun, (Kairo: tp, 1959), h. 53

5 Muhammad musthafa ‘Azmi, Memahami Ilmu Hadis: Telaah Metodologi Hadis, (Jakarta:

Lentera, 1995), h. 32-33.

6 Muhammad, ‘Ajjaj al-Khatib … h. 68-74.7 Nuruddin Itr, Ulumul al-Hadits, terj. Mujiyo (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1994) h. 21-25.