Filosofi CINTA

Maret 13, 2023

Konsep Cinta
Kata “cinta” memiliki arti yang berbeda-beda. Cinta seorang ibu kepada anaknya, akan memiliki makna yang berbeda dengan cinta seorang gadis kepada seorang pemuda. Cinta dapat dibedakan ke dalam tiga tipe, yakni eros, philia, dan agape. Eros adalah cinta antara suami istri. Cinta ini biasanya kurang mendalam dibandingkan dua tipe lainnya. Philia adalah cinta antara orang tua dan anaknya, sifatnya lebih mendalam dibandingkan eros. Sementara agape adalah cinta manusia dengan Tuhan. Namun cinta antara suami istri dapat dimasukkan dalam tipe agape apabila telah lebih mendalam di mana keduanya benar-benar rela berkorban demi kepentingan pasangannya (Raho, 2003: 85).


Bagian ini berupaya untuk membahas cinta dan seks antara perempuan dan laki-laki dan kaitannya dengan perkawinan. Cinta yang matang memerlukan disiplin yang tinggidan memberikan keleluasaan terhadap berbagai perbedaan. Seseorang yang benar-benar mencintai, maka dia akan memerlakukan pasangan sebagai individu yang berbeda dengan dirinya dan akan menerima konsekuensi dari perbedaan itu. Perempuan dan laki-laki yang menikah tetaplah dua individu yang memiliki perbedaan dan justru perbedaan itu yang mempererat hubungan mereka, meskipun terkadang perbedaan itu sulit untuk dipersatukan (M. Scott Peck, 1978: 176-181). Kahlil Gibran juga mengemukakan bahwa suami istri merupakan dua pribadi yang berbeda, unik dan tidak ada duanya (Gibran, 1993: 16).

Pada masyarakat kontemporer, perkawinan memerlukan cinta untuk dapat hidup bersama. Berbeda dengan masyarakat tradisional, di mana masih terdapat fenomena perjodohan dan perasaan cinta pada pasangan diabaikan di awal. Kedua individu dijodohkan dan menjalani perkawinan tanpa adanya cinta. Terdapat mitos bahwa cinta akan dapat tumbuh ketika mereka sudah hidup bersama dalam ikatan perkawinan.

CINTA, SEKS, DAN PEMILIHAN PASANGAN
Stenberg (1988) mendefinisikan cinta sebagai bentuk emosi manusia terdalam dan paling diharapkan. Manusia dapat melakukan apa saja yang diinginkannya demi cinta. Manusia bisa berbohong, menipu, mencuri, dan bahkan membunuh. Hal itu dilakukan atas nama dan demi cinta daripada kehilangan cinta. Masters et al. (1992) mengemukakan bahwa cinta merupakan sesuatu yang sulit. Selain mencintai pasangannya, individu juga mencintai orang tua, saudara, hewan kesayangan, negara, bahkan Tuhan. Cinta didefinisikan sebagai rasa suka manusia sebagaimana dia sangat menyenangi makanan kesukaannya. Sementara itu menurut Hendrick dan Hendrick (1992) cinta tidak dapat didefinisikan secara pasti. Tidak ada satupun fenomena yang dapat menggambarkan dan melukiskan cinta, namun cinta merupakan seperangkat keadaan emosional dan mental yang kompleks. Cinta pada tiap-tiap individu berbeda bentuknya dan juga berbeda kualitasnya. Rubin (dalam Hendrick & Hendrick, 1992) mendefinisikan cinta sebagai suatu sikap yang diarahkan pada orang lain yang dianggap istimewa dan dapat memengaruhi cara berpikir, merasa, dan bertingkah laku. Pada dasarnya cinta berkaitan dengan perasaan dan emosi. Libowitz (dalam Wortman & Loftus, 1999) mendefinisikan cinta sebagai suatu perasaan positif yang kuat yang dirasakan seseorang terhadap orang lain dan merupakan perasaan positif terkuat yang pernah dialami seseorang. Cinta juga berkaitan dengan perhatian dan rasa menghargai. Tanpa perhatian, perasaan yang muncul hanyalah sebatas hasrat belaka. Rasa hormat dan saling menghargai semakin menguatkan adanya cinta yang tidak akan menimbulkan eksploitasi.