Tag: kemunduran turki utsmani

MASA KEMUNDURAN DAN KEJATUHAN TURKI UTSMANI

Kejatuhan Turki Utsmani merupakan proses sejarah panjang dan tidak terjadi secara tiba-tiba. Kiprahnya dalam panggung sejarah selama lima abad (akhir abad ke-13 hingga awal abad ke-19), merupakan fase yang pasang-surut. Dengan demikian, kejatuhan imperium besar ini merupakan akumulasi dari sejumlah kondisi sebelumnya. Namun faktor penyebab utama kemunduran Turki Utsmani, adalah kelemahan para sultan.

Sepeninggal Sultan Sulaiman al-Qanuni, Turki Utsmani diperintah oleh para pemimpin yang lemah. Kerajaan ini mulai memasuki masa kemundurannya di abad ke-17 M. Di dalam negeri timbul pemberontakan-pemberontakan, seperti di Suriah di bawah pimpinan Kurdi Jumbulat, di Lebanon di bawah pimpinan Drize Amir Fakhruddin. Dengan negara-negara tetangga, terjadi peperangan seperti Venitia (1645-1664 M) dan dengan Syah Abbas dari Persia.

Jenissary, nama yang diberikan kepada tentara Utsmani juga berontak dan sultan-sultan berada di bawah kekuasaan Harem. Pada saat yang sama di Eropa mulai timbul negara-negara yang kuat, sedang di Rusia di bawah Peter Yang Agung telah pula berubah menjadi negara yang maju. Dalam peperangan dengan negara-negara ini, Kerajaan Utsmani mengalami kekalahan demi kekalahan dan daerahnya di Eropa mulai diperkecil sedikit demi sedikit.29 Hingga paruh pertama abad ke-19 M tidak ada tanda-tanda membaik. Satu per satu negeri negeri di Eropa yang pernah dikuasai Turki Utsmani kemudian memerdekakan diri.

Sementara itu, di Arabia muncul kekuatan baru yakni aliansi antara pemimpin agama Muhammad ibn Abd Wahab yang dikenal dengan gerakan Wahabiyah dengan penguasa lokal Ibn Sa’ud. Mereka berhasil menguasai beberapa daerah di jazirah Arab dan sekitarnya pada awal paruh kedua abad ke-18 M. Pemberontakan tidak hanya terjadi pada daerah-daerah yang tidak beragama Islam, tetapi juga di daerah-daerah yang berpenduduk Muslim. Gerakan-gerakan seperti itu, terus berlanjut hingga abad ke-19 dan 20 M.

Dari uraian tersebut, diketahui bahwa kelemahan para sultan yang memimpin, membuat Turki Utsmani sangat rentan dengan terjadinya degradasi. Betapa tidak, wilayah kekuasaan yang sangat luas tanpa ditunjang oleh kemampuan atau kecakapan pemimpin, pada gilirannya berimplikasi pada lemahnya kekuatan politik. Bahkan membawa efek buruk pada perekonomian dan berbagai sendi kehidupan sosial umat. Kondisi Turki Utsmani ini umumnya dialami dinasti-dinasti Islam sebelumnyasekaligus menjadi faktor penyebab mengalami kemunduran dan akhirnya runtuh.

Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Aspeknya, (Jakarta: UI-Press,1985),

Hassan Ibrahim Hassan, “Islamic History and Culture” diterjemahkan oleh Djahdan Human, Sejarah Kebudayaan Islam, (Yogyakarta: Kota Kembang, 1989), h. 342.

RSS
Follow by Email
WhatsApp