Faktor-faktor Kesulitan Belajar Siswa
Mei 23, 2022Artikel ini diambil dari salah satu chapter dalam Buku Bimbingan dan Konseling Belajar Karya Gusman Lesmana
Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari menurunnya kinerja akademik atau prestasi belajarnya. Namun, kesulitan belajar juga dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak masuk sekolah, dan sering kabur dari sekolah. secara garis besar.
Faktor-faktor penyebab timbulnya kesulitan belajar terdiri atas dua macam.
1. Faktor intern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang berasal dari dalam diri sendiri.
a. Bersifat kognitif (ranah cipta), antara lain seperti rendahnya kapasitas intelektual atau inteligensi siswa;
b. Bersifat afektif (ranah rasa), antara lain seperti labilnya emosi dan sikap;
c. Bersifat psikomotor (ranah karsa), antara lain seperti terganggunya alat-alat indera penglihatan dan pendengar (mata dan telinga).
2. Faktor ekstern siswa, yakni hal-hal atau keadaan-keadaan yang datang dari luar diri siswa. Faktor ekstern siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa.
Faktor ini dapat dibagi tiga macam, yaitu:
a. Lingkungan keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dengan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga;
b. Lingkungan perkampungan atau masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), dan teman sepermainan (peer group) yang nakal.
c. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah.
Selain faktor-faktor yang bersifat umum di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga menimbulkan kesulitan belajar siswa. Di antara faktor-faktor yang dapat dipandang sebagai factor khusus ini ialah sindrom psikologis berupa learning disability (ketidakmampuan belajar). Sindrom yang berarti satuan gejala yang muncul sebagai indikator adanya keabnormalan psikis (Reber, 1988) yang menimbulkan kesulitan belajar itu:
1. Disleksia (dyslexia), yakni ketidakmampuan belajar membaca.
2. Disgrafia (dysgraphia), yakni ketidakmampuan belajar menulis.
3. Diskalkulia (dyscalculia), yakni ketidakmampuan belajar matematika.
Akan tetapi, siswa yang mengalami sindrom-sindrom di atas secara umum sebenarnya memiliki potensi IQ yang normal bahkan di antaranya ada yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Oleh karenanya, kesulitan belajar siswa yang mengalami sindrom- sindrom tadi mungkin hanya disebabkan oleh adanya minimal brain dysfunction, yaitu gangguan ringan pada otak (Lask, 1985; Reber, 1988).
Menurut Noehi Nasution (1992: 215), faktor-faktor yang memengaruhi kesulitan belajar sebagai berikut:
1. Rendahnya kemampuan intelektual anak.
2. Gangguan perasaaan atau emosi.
3. Kurangnya motivasi untuk belajar.
4. Kurang matangnya anak untuk belajar.
5. Usia terlampau muda.
6. Latar belakang sosial yang tidak menunjang.
7. Kebiasaan belajar yang kurang baik.
8. Kemampuan mengingat yang rendah.
9. Terganggunya alat-alat indra.
10. Proses belajar mengajar yang tidak sesuai
11. Tidak adanya dukungan dari lingkungan belajar. 12. Lingkungan yang kurang mendukung proses pembelajaran