Tag: AGKH Abd. Rahman Ambo Dalle
SIAPAKAH AGKH ABDUL RAHMAN AMBO DALLE
Menurut Yusrie Abady (2012: 73-74), bahwa K.H. Abdurrahman Ambo Dalle dilahirkan pada hari Selasa, tahun 1890 di sebuah desa yang bernama UjungE, Kecamatan Tanah Sitolo, sekitar 7 km, sebelah utara kota Sengkang Kabupaten Wajo. Ayahnya bernama Uang Ngati Daeng Patobo, dan ibunya bernama Puang Candra Dewi atau yang lebih dikenal dengan nama Puang Cendaha. Beliau meninggal dunia pada tanggal 29 November tahun 1996 di rumah sakit Akademis Makassar. Nama Ambo Dalle yang berarti Bapak Rezeki diberikan orang tuanya. Adapun tambahan nama Abdur Rahman diberikan oleh gurunya setelah ia belajar agama.
Semasa remaja selain giat belajar ilmu agama, ilmu umum, ilmu keguruan, bahasa dan lainnya, ternyata ia juga hobi dan mahir ber-main bola dengan posisi sebagai pemain depan. Ia sering mengecoh penjaga gawang melalui sundulan kepala atau tendangan langsung. Kegiatan ini baru mulai terhenti ketika ia menjadi guru dan biasa memakai jubah dan serban warna putih-putih. Selain itu ia dapat menulis dengan dua tangan. Tangan kanan menulis huruf Latin dari kiri ke kanan, dan tangan kiri menulis huruf Arab dari kiri ke kanan.
Riwayat pendidikannya bermula dari mengaji Al-Qur’an kepada tantenya selama 15 hari, dan dilanjutkan oleh ibunya sampai tamat. Setelah itu ia belajar tajwid dan menghafal Al-Qur’an kepada ulama Sengkang bernama H. Muhammad Ishaq. Selanjutnya ia memperdalam ilmu agama, seperti tafsir, hadis, fikih, tauhid, tasawuf, dan lainnya kepada sejumlah ulama dari Mekkah yang datang ke Wajo, seperti Syaikh Muhammad al-Jawwad, Sayyid Abdullah Dahlan, Sayyid Hasaan al-Yamani dan sebagian lagi ulama yang asal Wajo yang pernah belajar puluhan tahiun di Mekkah, seperti H.Syamsuddin, H.Ambo Omme, Sayyid Alwi al-Ahdal. Selain itu ia juga melakukan rihlah ilmiah kepada beberapa ulama untuk menimba ilmu agama Islam. Namun sebelum itu ia telah menamatkan pendidikan pada Volk School dan kursus bahasa Belanda di HIS. Selanjutnya pada tahun 1918 ia mendapat kesempatan untuk belajar pada sekolah guru yang diadakan oleh Syarikat Islam (SI) di Makassar. Setelah itu ia kembali ke Sengkang (Wajo) untuk melanjutkan dan memperdalam ilmu agamanya, hingga mampu menghafal al-Quran dalam usia 14 tahun.
Kariernya dimulai pada tahun 1928, ketia ia diajak bergabung dengan pengajian yang diadakan di rumah K.H. Muhammad As’ad, seorang putra Wajo yang pernah belajar dan berdomisili lebih sepuluh tahun di Mekkah dan telah menjadi Ulama sesuai sertifikat dari gurunya. Ajakan ini didasarkan pada isyarat, bahwa Abd. Rahman Ambo Dalle memiliki ciri khas, bakat dan kecerdasan luar biasa, sebagai syarat yang cerah untuk menjadi ulama masa depan. Selama bergabung dengan K.H. As’ad, kedudukan AGKH Abd. Rahman Ambo Dalle, selain sebagai santri senior, juga sebagai asisten utama yang menjalankan kegiatan pendidikan pada Madrasah Arabiyah Islamiyah (MAI) yang dipimpin K.H. As’ad di Sengkang Wajo.
Selanjutnya pada tahun 1939-1950 K.H. Abd. Rahman Ambo Dale pindah ke Mangkoso untuk membuka MAI (Madrasah al-Arabiyah al-Islamiyah) yang tidak memiliki hubungan organisatoris dan struktural dengan MAI yang dipimpin K.H. As’ad. Selanjutnya ia mendirikan organisasi yang bernama DDI (Dar al-Da’nah Na al-Irsyad), dan ia terpilih sebagai Ketua Umum yang pertama. Tahun 1950-1955 ia pindah ke Pare-pare, karena diangkat sebagai Qadhi oleh Kerajaan Malluse Tasi, dan bersama dengan K.H. Fakih Usman dari Departemen Agama (sekarang Kementerian Agama) membentuk Departemen Agama di Provinsi Sulawesi. Selanjutnya beliau diangkat sebagai Kepala Urusan Agama di Pare-pare. Tahun 1955-1963, beliau diculik oleh DI TII pasukan M. Nurdin Fisof di bawah pimpinan Revolusi Islam Abdul Qahar Muzakkar. Tahun 1963-1977, ia kembali ke Pare-pare dan memimpin DDI serta membangun Kampus DDI di Jung Lare Pare-pare, dan nama madrasah diubah menjadi Pondok Pesantren. Tahun 1977-1993 ia mendirikan pesantren utara di Kaballangan Kabupaten Pinrang, dan diangkat sebagai anggota MRP-RI. Dalam kedudukan dan perannya yang demikian, ia melakukan kerjasama dengan ICMI dan BPPT dalam meningkatkan peran pesantren sebagai mediator dan penghubung antara tradisi dengan modernisasi dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi kalangan umat Islam. Lihat Yusrie Abady (2012: 73-76).
Selain pernah tinggal dalam keluarga dan lingkungan yang taat menjalankan agama dan kearifan lokal, ia juga bersentuhan dengan wawasan modernis Islam yang ia peroleh pada saat ia tinggal di Kota Makassar, sebuah Kota Pelabuhan yang amat dinamis. Di kota ini pula ia berkenalan dengan pemikiran Islam modern melalui H.O.S. Cokroaminoto sebagai tokoh Syarikat Islam.
Dengan demikian, AGKH Abd. Rahman Ambo Dalle, dapat dikatakan sebagai seorang ulama yang intelek, multi talented, dan karismatik. Keulamaannya selain ditandai oleh kedalaman dan keluasan ilmu agamanya, juga amaliyah ibadahnya hingga pada tarap mendapatkan karomah yang umumnya dikenal dalam tasawuf atau tharekat. Ada-pun keintelektualannya antara lain ditandai oleh keluasaan dalam penguasaan ilmu umum dan penguasaan bahasa asing. Dengan bekal ilmu agama dan umum yang kuat ini, ia menjadi ulama yang intelek yang mampu menerjemahkan, mengelaborasi, mengaktualisasi dan mengontektualisasikan ajaran Islam dalam bentuk program-program yang nyata dalam bidang pendidikan, dakwah dan lainnya yang dapat dirasakan masyarakat, bangsa, dan negara. Dari paparan tersebut di atas, terlihat bahwa K.H. Abd. Rahman Ambo Dalle adalah seorang pribadi yang memiliki latar belakang pen-didikan yang multidisiplin, multi talented, keulamaan yang karisma-tik dan memiliki karomah, sikap yang terbuka menerima pendapat orang lain, ketekunan dan kegigihan dalam memajukan pendidikan, dakwah, tugas kenegaraan, kemasyarakatan dan lainnya. Selain ia juga memiliki pendirian yang kukuh (istiqamah), tidak mudah dipengaruhi orang lain, keinginan dan kemampuan yang tinggi dan kuat untuk memajukan pendidikan, dakwah dan pengembangan masyarakat de-ngan pendekatan yang fleksibel