Deskripsi
Sousa menyatakan bahwa meskipun pendidik (Guru dan Dosen) bukan pakar otak (neurosaintis), namun dalam perspektif neurosains, profesi sehari-hari pendidik adalah “mengubah otak.” Hal ini disebabkan karena ketika otak belajar terjadi perubahan neurofisiologi menuju optimalisasi keterampilan berpikir yang semakin tinggi. Tetapi, Silwester menyatakan bahwa selama berabad-abad pendidik mengubah otak tanpa pengetahuan sedikitpun tentang ilmu otak (neurosains). Hal ini dikarenakan belum ada ilmu yang spesifik mempelajari kinerja otak dalam pendidikan. Oleh karena itu, diperlukukan pengembangan neurosains di bidang pendidikan Islam.
Buku yang merupakan pengembangan lebih jauh dari disertasi Penulis ini menjawab tantangan dan kebutuhan tersebut. Ilmu pendidikan Islam dihibridisasikan dengan neurosains untuk menemukan varietas ilmu baru yang disebutnya dengan istilah “Neurosains Pendidikan Islam.” Pendekatan hibridisasi menjadi alternatif baru yang lebih akurat di tengah pusaran dan perdebatan Islamisasi ilmu, pengilmuan Islam dan integrasi keilmuan. Neurosains Pendidikan Islam mempunyai masa depan yang menantang sebagaimana cabang-cabang keilmuan yang selama ini telah berkembang, seperti filsafat pendidikan Islam, antropologi pendidikan Islam, psikologi pendidikan Islam, termasuk neurosains pendidikan Islam.
Neurosains pendidikan Islam mempelajari optimalisasi potensi “otak sehat” untuk pencerdasan, berbeda dengan neurologi bidang kedokteran yang fokus mempelajari “otak sakit” untuk penyembuhan. Oleh karena itu ilmu ini penting dipelajari semua bidang, terutama pendidikan, terlebih lagi pendidikan Islam.
BIOGRAFI PENULIS
Dr. Suyadi, M.Pd.I., menempuh program S3 Studi Islam Konsentrasi Kependidikan Islam dengan Judul disertasi “Dasar-Dasar Pemikiran Menuju Ilmu Neurosains Pendidikan Islam: Optimalisasi Potensi Otak dalam Pembelajaran Anak Usia Dini” selesai 2015. Saat ini Ia merupakan Dosen tetap berjabatan fungsional Lektor Kepala sekaligus Ketua Program Studi Magister S2 Pendidikan Agama Islam (S2 PAI) Universitas Ahmad Dahlan (UAD). Keseriusannya di bidang Pendidikan Antikorupsi mengantarkannya menjadi Penyuluh Antikorupsi dengan Nomor PAK. 915.1.00113 2018. Di samping itu, Ia pernah menulis 20 buku ajar, seri pendidikan Antikorupsi dengan pendekatan tematik-integratif. Kemampuannya memadukan banyak bidang ilmu (interdisiplin, multidisiplin, dan transdisiplin) menjadikan karya karyanya sangat unik dan eksotik, di samping original, kreatif, inovatif dan teruji.
Ulasan
Belum ada ulasan.