HUKUM KEPAILITAN Edisi Pertama

Rp 140.000

WhatsApp

SKU: 65fc52ed8f88 Kategori: ,

Deskripsi

Buku ini mendeskripsikan tentang perkembangan hukum kepailitan di Indonesia. Alasan-alasan yang mendasari lahirnya FaillissementVerordening Stb. 1905 No. 217 Jo. Stb. 1906 No. 348 dan perkara-perkarayang terjadi pada waktu itu, politik hukum kolonial Belanda di Indonesia,kemudian lahirnya Perpu No. 1 Tahun 1998 hingga berlakunya UU No.4 Tahun 1998 dan selanjutnya perubahan dengan lahirnya UU No. 37 Tahun2004. Buku ini penting dibaca oleh seluruh mahasiswa yang mendalami hukum kepailitan, oleh para akademisi yang menekuni hukum kepailitan dan oleh praktisi yang banyak menangani perkara-perkara kepailitan.Diharapkan dengan membaca buku ini, maka akan dapat dipahamijiwa dari hukum kepailitan dan mampu menganalisis permasalahanpermasalahan yang dihadapi dalam perkara-perkara kepailitan.

Informasi Tambahan

Berat Buku (gram)

660

Cetakan

1

Halaman

486, xiv

ISBN

978-602-422-144-7

Jenis Cover

Art Carton 310 gr

Kertas Isi

Book Paper

Pengarang

Prof. Dr. Sunarmi, S.H., M.Hum.

Tahun Terbit

2017

Ukuran

15 x 23

Jilid

Perfect Bending

Daftar Isi

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II BERLAKUNYA STB 1905 NO. 217 JO. STB 1906 NO 348
TENTANG KEPAILITAN DI HINDIA BELANDA 37
A. Alasan-alasan Pemberlakuan Undang-undang
Kepailitan di Hindia Belanda 37
1. Pelaku-pelaku Ekonomi dan Krisis Ekonomi
di Zaman Hindia Belanda 38
2. Politik Hukum Pemerintah Hindia Belanda
Untuk Melindungi Kepentingan Penduduk
Eropa 87
3. Lahirnya Stb. 1905 No. 217 Jo. Stb. 1906
No. 348 114
B. Pelaksanaan Stb. 1905 No. 217 Jo. Stb. 1906
No. 348 di Zaman Hindia Belanda Melindungi
Kreditur dan Debitur 122
1. Substansi Stb. 1905 No. 217 Jo. Stb. 1906
No. 348 Melindungi Kreditur dan Debitur 122
2. Putusan Pengadilan tentang Kepailitan
yang Melindungi Kreditur 138
3. Putusan Pengadilan tentang Kepailitan
yang Melindungi Debitur 152
C. Permohonan Pailit Sebagai Muslihat Debitur 160
1. Bangkrut Palsu 161
2. Debitur Melarikan Diri 164
3. Harta Debitur Sudah Dialihkan 169

BAB III PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN
SETELAH INDONESIA MERDEKA (1945 – 1998) 173
A. Alasan-alasan Pemberlakuan UU Kepailitan
Stb.1905 No. 217 jo Stb. 1906 No. 348 173
1. Pelaku-pelaku Ekonomi dan Perkara Kepailitan 174
2. Politik Hukum Pemerintah Indonesia Bertujuan
Menghapuskan Hukum kolonial 182
3. Pasal Peralihan UUD 1945 Masih
Memberlakukan Hukum Kolonial 189
B. Pelaksanaan Stb.1905 No. 217 jo Stb. 1906 No. 348
Setelah Kemerdekaan (1945 – 1998) Tidak Efisien
Bagi Kreditur 190
1. Proses Pemeriksaan Perkara Kepailitan
Memakan Waktu Lama 195
2. Pemeriksaan Pembukuan Debitur Jarang
Dilaksanakan 201
3. Penafsiran Debitur yang Berhenti Membayar 213
4. Gijzeling Ditiadakan 222
C. Penyalahgunaan Kepailitan oleh Debitur 224
1. Permohonan Pailit Pura-pura 224
2. Menghindarkan Tuntutan Pidana 228
3. Menghindarkan Pembayaran Utang 234
4. Pengalihan Harta Pailit 236

BAB IV PEMBARUAN UNDANG-UNDANG KEPAILITAN
STB. 1905 NO. 217 JO. STB. 1906 NO. 348 239
A. Alasan-alasan Pembaruan Undang-Undang
Kepailitan Stb.1905 No. 217 jo Stb. 1906 No. 348 240
1. Krisis Ekonomi dan Runtuhnya Konglomerasi 240
2. Politik Hukum Pemerintah Mendorong
Pertumbuhan Ekonomi 259
3. Stb.1905 No. 217 jo Stb. 1906 No. 348 Sudah
Tidak Akomodatif 266
B. UU No. 4 Tahun 1998 Melindungi Kepentingan
Kreditur 310
1. Pengertian Utang tidak Komprenhensif 311
2. Tidak ada “Insolvensi Test” dapat Merugikan
Debitur 335
3. Pemeriksaan Cepat dan Efisien: Hambatan
dan kritik 346
C. Tindakan-tindakan Debitur yang Merugikan Kreditur 355
1. Debtior Mengajukan Kreditur Fiktif 356
2. Debitur Mengajukan Gugatan Perdata
terhadap Kreditur 358
3. Debitur Membubarkan Perusahaan 360

BAB V PEMBARUAN UU NO. 4 TAHUN 1998 TENTANG
KEPAILITAN 365
A. Alasan-alasan Pembaruan UU No. 4 Tahun 1998 365
1. Krisis Ekonomi Indonesia Belum Pulih 366
2. Politik Hukum Pemerintah Tidak Berubah 378
3. UU No. 4 Tahun 1998 Memiliki Beberapa
Ketidakjelasan dan Kelemahan 385
B. Ketentuan-ketentuan Baru dalam UU No. 37
tahun 2004 425
1. Beberapa Pengaturan yang Substantif 425
2. Jangka Waktu Pengambilan Keputusan
Diperpanjang 436
3. Belum Ada Kemungkinan Restrukturisasi
Utang kecuali melalui PKPU 443
C. Pengadilan Niaga Konsekuen Menerapkan
UU No. 37 Tahun 2004 443
1. Pengertian Baru tentang Kreditur dan Debitur 444
2. Pengertian Baru tentang Utang 449
3. Penerapan Jangka Waktu yang Lebih Panjang
dalam Pemberian Keputusan 450

BAB VI PENUTUP 451
A. Kesimpulan 451
B. Saran 457