Deskripsi
HUKUM ACARA PERDATA PERADILAN AGAMA DI INDONESIA
Dalam cetakan terbaru buku HUKUM ACARA PERDATA PERADILAN AGAMA DI INDONESIA terdapat perbaikan teknis penulisan serta penambahan isi di beberapa bab, yaitu pada Bab 4, 7, 9, 10, 12, dan 13. Pada Bab 4 ditambahkan penegasan mengenai hukum formal dan hukum materiel bagi Mahkamah Syar’iyah di Nanggroe Aceh Darrussalam (NAD) dan terdapat singgungan sedikit terhadap kewenangan Peradilan Agama di bidang ekonomi syariah sehubungan dengan disahkannya UU No. 19 Tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah Negara, UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah dan Peraturan Mahkamah Agung No. 14 Tahun 2016 tentang Kompilasi Hukum Acara Ekonomi Syariah.
Buku HUKUM ACARA PERDATA PERADILAN AGAMA DI INDONESIA membahas tentang kedudukan Pengadilan Agama sebagai lembaga penyelesaian sengketa ekonomi syariah, di mana dalam UU Perbankan Syariah yang baru disahkan tersebut masih dimungkinkan pilihan penyelesaian sengketa lainnya melalui akad yang dibuat oleh para pihak. Namun demikan, dengan telah dikeluarkannya Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada tahun 2008 ini, yang dikuatkan oleh Peraturan Mahkamah Agung No. 2 Tahun 2008, memberikan penguatan secara materiel terhadap kompetensi Peradilan Agama untuk menangani perkara ekonomi syariah di Tanah Air. Pada Bab 7, terdapat perubahan gambar bagan Susunan Organisasi di Pengadilan Agama. Sedangkan pada Bab 9, 10, 12 dan 13 tambahan lebih merupakan perluasan dari materi bahasan yang sudah ada.
Daftar Isi
KATA SAMBUTAN v
KATA PENGANTAR CETAKAN KETIGA vii
KATA PENGANTAR CETAKAN KEDUA ix
KATA PENGANTAR CETAKAN PERTAMA xi
DAFTAR ISI xv
BAB 1 ORIENTASI UMUM, KONSEP-KONSEP DASAR DAN SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA PERADILAN AGAMA 1
A. Orientasi (Gambaran Umum) 1
B. Konsep-konsep Dasar 3
C. Sumber-sumber Hukum 6
1. Al-Qur’an 6
2. As-Sunnah atau al-Hadits 7
3. Ijtihad 8
BAB 2 KEDUDUKAN DAN PELAKSANAAN HUKUM ISLAM DALAM NEGARA REPUBLIK INDONESIA 11
A. Hukum Islam, Hukum Adat, dan Hukum Barat 11
B. Hukum Islam 12
C. Kedudukan Hukum Islam dalam Negara Republik Indonesia 13
D. Pelaksanaan Hukum Islam 16
E. Alasan Dikeluarkannya Undang-Undang Peradilan Agama 18
1. Alasan Filosofis 19
2. Alasan Sosiologis 19
3. Alasan Yuridis 19
BAB 3 SEJARAH PERADILAN AGAMA DI INDONESIA 21
A. Masa (Periode) Pra-pemerintahan Hindia-Belanda 21
B. Masa (Periode) Transisi 25
C. Masa Pemerintahan Hindia-Belanda I 25
D. Masa Pemerintahan Hindia-Belanda II 27
E. Masa (Periode) Penjajahan Jepang 28
F. Masa Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia 29
1. Tahun 1945-1957 29
2. Tahun 1957-1974 32
3. Tahun 1974–1989 33
4. Tahun 1989–1999 34
5. Peradilan Agama dalam Sistem Peradilan Menurut
Undang-Undang No. 14 Tahun 1970 jo. Undang-Undang
No. 35 Tahun 1999 Serta Undang-Undang No. 4 Tahun
2004 tentang Kekuasaan Kehakiman 34
BAB 4 KERANGKA HISTORIS UNDANG-UNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA 39
A. Latar Belakang Penyusunan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 39
1. Latar Belakang 39
2. Persiapan Penyusunan RUU Peradilan Agama 40
3. Pembahasan RUU Peradilan Agama di DPR RI 43
B. Sistematika Undang-Undang Peradilan Agama 49
C. Beberapa Perubahan yang Terjadi Setelah Berlakunya UU No. 7 Tahun 1989 54
D. UU No. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7
Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 55
BAB 5 ASAS-ASAS UMUM YANG TERDAPAT DALAM UNDANGUNDANG NO. 7 TAHUN 1989 TENTANG PERADILAN AGAMA 61
A. Asas Personalitas Keislaman 61
B. Asas Kebebasan 63
1. Tujuan Kemerdekaan Kekuasaan Kehakiman 63
2. Pengertian Kebebasan Kekuasaan Kehakiman 63
3. Penegasan Asas Kebebasan dalam Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 64
C. Asas Wajib Mendamaikan 64
1. Pengertian Mendamaikan 64
2. Tata Cara Upaya Mendamaikan 65
D. Asas Sederhana, Cepat, dan Biaya Ringan 66
E. Asas Persidangan Terbuka untuk Umum 67
F. Asas Legalistis 70
G. Asas Equality 72
H. Asas Aktif Memberi Bantuan 73
BAB 6 HUKUM ACARA PERDATA DALAM PERADILAN ISLAM DAN KETENTUAN PASAL 54 UNDANG-UNDANG NOMOR 7 TAHUN 1989 75
A. Hukum Acara Perdata Peradilan dalam Islam 76
B. Hukum Acara Perdata Menurut Pasal 54 Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama 78
BAB 7 SUSUNAN PERADILAN AGAMA DAN APARATNYA 81
A. Susunan Hierarki Peradilan Agama 81
B. Susunan Organisasi Peradilan Agama 83
1. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Hakim 86
2. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian dan Penyumpahan Ketua dan Wakil Ketua 91
3. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan SumpahPanitera 92
4. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Wakil Panitera 92
5. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Panitera Muda 93
6. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Panitera Pengganti 93
7. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Juru Sita 93
8. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Penyumpahan Wakil Sekretaris 94
C. Susunan Organisasi Pengadilan Tinggi Agama 95
1. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Pengambilan Sumpah Hakim Tinggi 95
2. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Wakil Ketua 96
3. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Ketua 96
4. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan PenyumpahanPanitera 97
5. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Penyumpahan Wakil Panitera 97
6. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Panitera Muda 97
7. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Panitera Pengganti 98
8. Syarat Pengangkatan, Pemberhentian, dan Sumpah Wakil Sekretaris 98
BAB 8 WEWENANG (KOMPETENSI) PERADILAN AGAMA 99
A. Kompetensi Relatif Peradilan Agama 100
B. Kompetensi Absolut Peradilan Agama 101
1. Kewenangan Mengadili Perkara Bidang Perkawinan 103
2. Kewenangan Mengadili Perkara Bidang Kewarisan, Wasiat, dan Hibah 105
3. Kewenangan Mengadili perkara Bidang Wakaf, Zakat, Infaq, dan Shadaqah 107
4. Kewenangan Mengadili Bidang Ekonomi Syariah 109
5. Mengenai Wewenang Pengadilan Agama yang Lain 110
BAB 9 PROSES ADMINISTRASI DAN PENGAJUAN PERMOHONAN DI PENGADILAN AGAMA 113
A. Proses Administrasi dan Ligitasi Perkara di Pengadilan Agama 113
1. Proses Administrasi Perkara 113
2. Proses Ligitasi/Acara Berperkara 114
B. Perkara Permohonan Talak 115
1. Bentuk dan Isi Permohonan Talak 115
2. Tahapan Persidangan Permohonan Talak 116
3. Akibat Hukum Perceraian Karma Talak 120
c. Perkara Gugatan Cerai 120
1. Proses Administrasi Perkara Gugatan 120
2. Bentuk dan Isi Gugatan 121
3. Proses Litigasi (Tahapan Persidangan) Perkara Gugatan 123
d. Proses Gugatan Cerai dengan Alasan Zina 123
1. Pengertian dan Dasar Hukum 123
2. Cerai dengan Alasan Zina yang Diajukan oleh Suami 125
3. Cerai dengan Alasan Zina yang Diajukan oleh Istri 126
BAB 10 PEMBUKTIAN DALAM HUKUM ISLAM DAN PRAKTIKNYA DI PENGADILAN AGAMA INDONESIA 129
A. Pengertian Pembuktian 129
B. Alat-alat Bukti yang diakui dalam Pembuktian Menurut yang Digunakan di Pengadilan Agama 132
1. Ikrar (Pengakuan) 132
2. Syahadah (Saksi) 134
3. Yamin (Sumpah) 135
4. Riddah (Murtad) 136
5. Maktubah (Bukti-bukti Tertulis) 136
6. Tabayun (Limpahan Pemeriksaan) 137
C. Alat-alat Bukti yang Digunakan di Pengadilan Agama 138
1. Alat Bukti Tertulis 139
2. Alat Bukti Kesaksian 139
3. Alat Bukti Persangkaan 140
4. Alat Bukti Pengakuan 140
5. Alat Bukti Sumpah 141
D. Kesimpulan 144
BAB 11 PRODUK-PRODUK PERADILAN AGAMA DAN PELAKSANAANNYA 145
A. Produk-produk Peradilan Agama 145
1. Putusan 146
2. Penetapan 159
B. Pelaksanaan Putusan/Eksekusi 161
1. Pelaksanaan Putusan Pengadilan Agama 161
2. Jenis-jenis Pelaksanaan Putusan 162
3. Putusan yang Dapat Dieksekusi 162
4. Tata Cara Sita Eksekusi 162
BAB 12 UPAYA BANDING, KASASI, DAN PENINJAUAN KEMBALI 165
A. Upaya Banding 165
1. Pengertian 165
2. Tata Cara dan Dasar Hukum 166
3. Pemeriksaan Tingkat Banding 167
4. Jangkauan Pemeriksaan Banding 168
5. Dasar-dasar Hukum Pemeriksaan Banding dalam Undang-Undang No.7 Tahun 1989 168
B. Upaya Kasasi 170
1. Pengertian dan Dasar Hukum 170
2. Syarat-syarat Kasasi 170
3. Prosedur (Tata Cara) Permohonan Kasasi 170
C. Upaya Peninjauan Kembali 172
1. Pengertian dan Dasar Hukum 172
2. Syarat-syarat Permohonan Peninjauan Kembali 173
3. Prosedur (Tata Cara Permohonan Peninjauan Kembali 173
BAB 13 BANTUAN HUKUM, YURISPRUDENSI PERADILAN AGAMA, DAN CONTOH YURISPRUDENSI 177
A. Pengertian Bantuan Hukum 177
Pemberian Bantuan oleh Hakim 178
B. Pengertian Yurisprudensi 182
1. Pentingnya atau Manfaat Yurisprudensi 184
2. Yurisprudensi Peradilan Agama 184
3. Contoh Yurisprudensi Peradilan Agama di Indonesia 188
DAFTAR RUJUKAN 197
PARA PENULIS 201
Ulasan
Belum ada ulasan.